Pariwisata, Solusi PAD Kerinci

Hang-tuah.com- Pengembangan bidang Pariwisata Kabupaten Kerinci semestinya dikembangkan secara profesional. Hal ini untuk optimalnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Terlebih wilayah paling barat di Provinsi Jambi ini memiliki kultur budaya dan daerah yang memadai untuk dikembangkan. Dari adat istiadat, kesenian, kuliner, hingga wisata.
Selain itu, diselenggarakan sebagai ajang promosi dan pelestarian kepariwisataan Kabupaten Kerinci, baik itu wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, hingga wisata kuliner. Konsep pelaksanaannya sama dengan pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya.
Kondisi ini membutuhkan adanya inovaai baru dari pemerintah dalam mewujudkan Kerinci lebih sejahtera dengan objek wisata yang mendukung. Berikut objek wisata yang menarik untuk dikunjungi diantaranya,
1. Danau Gunung Tujuh
Danau Gunung Tujuh ini merupakan salah satu objek wisata yang selalu ramei dikunjungi, karena berada tepat di belakang Gunung Kerinci. Disini merupakan tempat wisata yang tidak sulit bagi wisatawan. Karena akses jalan pendakian yang membutuhkan sekitar dua hingga tiga jam perjalanan.
Danau Gunung Tujuh berada pada ketinggian 1.950 meter dari permukaan laut.
2. Air Terjun Telun Berasap
Objek wisata air terjun Telun Berasap merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kayu Aro Kebupaten Kerinci selalu rame pengunjung. Terlebih pada saat libur sekolah maupun hari -hari besar lainnya. Tidak menelan waktu yang lama dari jarak jalan raya pengunjung bisa berjalan kaki sekitar lebih kurang satu kilo meter untuk sampai di Air Terjun Telun Berasap ini.
Disini para pengunjung akan menemukan keindahan air terjun dengan kesejukan udara yang dingin. Pemandangan asri lengkap dengan pepohonan hijau alami menjadi primadona di Kabupaten Kerinci. Air terjun Telun Berasap ini konon sudah ada pada jutaan tahun lalu.
3. Air Terjun Pancuran Rayo
Pancuran Rayo terletak di Kabupaten Kerinci dan termasuk satu dari sekian potensi alam sekitar yang pantang dilewatkan saat mampir ke wilayah Kabupaten Kerinci.
Letaknya, secara administratif masuk dalam wilayah Desa Pulau Tengah, Kecamatan Keliling Danau. Dari pusat Kota Sungai Penuh dengan jarak tempuh sekitar 23 km. Sebelum memasuki objek wisata alam ini para pengunjung hendaknya membawa bekal perjalanan.
Mengingat, jarak tempuh menuju lokasi Pancuran Rayo menempuh 2 km kawasan rimba TNKS ini menghabiskan waktu 2 hingga 3 jam. Rasa lelahpun bisa hilang karena disepanjang perjalanan menuju Air Terjun para pengunjung akan melintasi sungai-sungai yang air nya mengalir jernih.
Terkadang air sungai itu langsung dikonsumsi pengunjung tampa melalui proses dipanaskan terlebihdahulu. Disini pengunjung juga akan menemukan pohon-pohon yang rimbun. Serta hiburan suara burung yang beraneka ragam jenis.
4. Danau Kaco
Danau Kaco berada di ketinggian 1.289 mdpl dengan ukuran 30×30 memiliki keindahan yang unik dengan keberadaan ikan yang unik-unik beranekaragam. Dibalik keunikan tersebut Danau Kaco memiliki pancaran cahaya yang keluar dari Danau itu, bening bak mutiara yang tersimpan.
5. Gunung Kerinci
Gunung Kerinci salah satu destinasi pendakian yang menantang nyali. Tidak mengherankan, banyak pendaki yang termotivasi untuk bisa menginjakkan kaki di Gunung tertinggi di Sumatera ini.
Sebelum pendakian, segala macam perlengkapan harus disiapkan secara matang. Karena medan yang dilewati tidak sama seperti pendakian di air terjun Pancuran Rayo, maupun Danau Kaco.
Agar pendakian sukses dilakukan, segala hal harus dipersiapkan dengan matang. Baik itu fisik, perlengkapan pendakian, termasuk pengetahuan dasar tentang struktur, dan fakta Gunung Kerinci yang harus di pahami.
Saat musim kemarau, suhu udara di puncak Gunung Kerinci mencapai 5 derajat Celsius. Salah satunya adalah dengan menggunakan pakaian gunung untuk penghangat tubuh.
6. Perkebunan Teh
Hasil perkebunan teh di Kabupaten Kerinci ini menghasilkan kualitas terbaik dunia. Kebun teh ini memiliki beberapa keistimewaan. Selain teh tertua perkebunan ini ada sejak penjajahan kolonial Belanda 1925.
Perkebunan teh di Kerinci, dirikan oleh Perusahaan Belanda bernama Namlodee Venotchaat Handle Verininging Amsterdam sejak 1925. Pada tahun 1959, melalui PP No. 19 Tahun 1959 perkebunan ini diambil alih Pemerintah Indonesia.
Untuk pengawasan dan pengelolaannya dilakukan oleh PTPN VI. Hasil pengelolaan ini di ekspor ke mancanegara.
7. Rawa Bento
Berbagai pesona alam seperti danau, gunung, air terjun bisa dijumpai didaerah ini. Tempat wisata baru pun kini mulai bermunculan, dan seolah semakin mempertegas Kerinci sebagai surganya wisata di Kabupaten Kerinci.
Lokasi rawa ini berjarak sekitar 44 km dari Kota Sungai Penuh. Dengan lama perlajalanan sekitar satu jam. Tiba di Kersik Tuo nanti wisatawan melanjutkan perjalanan lagi melewati sungai Rawa Bento.
Disini para pengunjung bisa menyewa perahu-perahu milik masyarakat. Akses dengan perahu pun kini semakin terkendala karena pendangkalan sungai yang terjadi.
Namun demikian, di Rawa Bento mengalami kendala bila musim kemarau datang. Dirawa bento mengalami pendangkalan. Normalisasi sungai salah satu solusi langkah yang semestinya diambil oleh pemerintah daerah. Berada pada ketinggian lebih dari 1.300 meter diatas permukaan laut, membuat Rawa Bento menjadi rawa tertinggi di Sumatera. Luasnya mencapai 1.000 hektar.
Terkait pengembangan pariwisata di Kabupaten Kerinci, ada sejumlah ide dan pandangan dari tokoh budayawan Muhammad Ibrahim Ilyas yang berasal dari Sumatera Barat (Sumbar) Padang.
Ia mengungkapkan bahwa, aktivitas seni budaya adalah bagian penting dari pengembangan kepariwisataan. Keindahan alam yang banyak justru akan semakin menarik karena aktivitas kebudayaan yang berlangsung di sekitarnya.
“Penataan kawasan pariwisata tentu saja sangat penting dilakukan. Tata ruang, kelengkapan fasilitas, keterlibatan masyarakat sekitar objek, perencanaan iven pendukung, aktivitas ekonomi kreatif, transportasi, penginapan, kuliner, parkir, toilet dan sebagainya perlu dirancang secara matang, bukan sesuatu yang sporadis dan insidental,”ungkap Muhammad Ibrahim Ilyas yang pernah mendapatkan Anugrah Sastra Indonesia kategori drama, dari Badan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, tahun 2017 lalu.
Ia mengatakan bahwa ada salh satu solusi yang lebih spesifik untuk mendatangkan pengunjung. Namun kesiapan objek wisata mesti harusbdi perhatikan.
“Selama ini kita sangat mengandalkan keindahan alam yang kita punyai untuk mendatangkan pengunjung. Sarana dan prasarana yang mendukung datangnya pengunjung ke objek pariwisata banyak yang terabaikan,”imbuh dia.
Meskupun begitu ia mengakui belum melihat langsung kondisi lapangan objek wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Kerinci. “Saya belum melihat langsung objek pariwisata di Sungai Penuh dan Kerinci. Namun secara umum, sebagaimana yang dialami oleh kepariwisataan di tempat lain di Indonesia.”
“Barangkali baru Bali dan Yogyakarta yang sudah agak tertata dan terlengkapi aspek pendukung kepariwisataannya, dan masih tetap harus ditingkatkan. Di luar dua destinasi itu, banyak hal yang masih harus dibenahi dan dikerjakan,”tukasnya.
Pemerintah jelas menjadi pemeran utama dalam memajukan kepariwisataan. Namun pemerintah tak bisa berjalan sendirian. Pengusaha pariwisata, dan tentu saja masyarakat luas yang juga berposisi sebagai stake holder harus memainkan perannya masing masing secara baik.
Pariwisata sudah lama dianggap sebagai sektor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kajian yang menyeluruh dan praktek yang baik akan mewujudkan impian itu.
“Tapi biarpun begitu, setiap daerah tentu saja punya prospek. Serta ada banyaknya objek wisata alam yang ada. Belum wisata budaya, atau wisata sejarah atau ciri unik Kerinci lainnya,”jelas Muhammad Ibrahim Ilyas yang juga pernah menulis berteater beberapa tahun, dan perna ikut merancang pekan budaya Sumatera Barat. (fer)