Membaca Kabinet Kerja Haris-Sani Dr. Dedek Kusnadi M.Si MM
Hang-tuah.com- Tugas pemimpin itu satu saja, memastikan rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Perdebatan-perdebatan tentang konsep kepemimpinan dan kekuasaan, yang sudah berlangsung sejak zaman Yunani Kuno, satu saja prinsipnya; bagaimana menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia. Hanya saja, caranya yang berbeda-beda.
Begitupula dengan duet Haris-Sani, pemimpin baru rakyat Jambi itu. Setelah resmi dilantik Presiden Jokowi, Rabu lalu, satu saja tugas mereka, yaitu bagaimana menciptakan KESEJAHTERAAN DAN KEMAKMURAN masyarakat Jambi. Bukan kesejahteraan dan kemakmuran segelintir orang.
Saya tertegun sekaligus bahagia mendengar pidato pertama bang Haris, di gedung wakil rakyat itu, Kamis lalu. Pidatonya penuh percaya diri. Tak bertele-tele. Kalimatnya pendek dan sederhana. Tapi sarat makna.
Ia menyebut tak boleh lagi ada istilah tim sukses. Yang ada adalah tim perubahan Provinsi Jambi. Ia mengajak seluruh elemen rakyat, dari akar rumput hingga kelompok elit, segera bersatu padu demi kemajuan Jambi.
Sebagai pemimpin, apa yang dilakukan bang Haris sudah benar. Polarisasi akibat Pilgub kemarin, memang harus diminimalisir. Bila perlu dihapuskan. Mana mungkin kemajuan Jambi terwujud jika terlalu banyak gangguan. Dalam bekerja, pemerintah butuh stabilitas politik.
Karena itulah, saya percaya, harapan kesejahteraan dan kemakmuran tadi bukan barang mustahil diwujudkan. Inysallah tercipta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Optimisme itu tercermin dalam pidato-pidato berikut. Bagaimana Mantan Bupati Merangin itu dengan penuh heroisme, ingin memastikan kemajuan Provinsi Jambi. Ia misalnya, akan merealisasikan janji-janjinya semasa kampanye dulu, secepatnya.
Beberapa gagasan besar, bahkan sudah diumbar ke publik. Mulai dari rencana membangun kampus Maritim hingga menghidupkan kembali rumah sakit Pertamina Bajubang, yang kini jadi sarang hantu noni Belanda, genderuwo maupun makhluk sejenisnya.
Keyakinan itu..yakinlah bukan sekedar basa-basi. Apalagi Haris-Sani bukan anak kemarin sore di politik. Juga di pemerintahan.
Mereka adalah sosok-sosok yang berpengalaman.
Al Haris misalnya, jauh sebelum menjadi Bupati Merangin pernah menjabat Kepala Biro Umum Setda Provinsi Jambi. Ia berpengalaman panjang mengurusi Pemerintahan Provinsi Jambi, semasa Gubernur Hasan Basri Agus (HBA), ayah angkatnya. Dari HBA, Haris tentu juga banyak belajar. Ia pasti paham seluk beluk birokrat di sana, dari A sampai Z. Ia tahu siapa yang tulus siapa yang cuma hendak mengejar fulus.
Haris tentu akan sangat mudah beradaptasi. Ditambah pula sikapnya yang lentur, hangat dan sangat bersahabat.
Sani juga begitu. Satu periode menjabat Wakil Walikota Jambi, bukannya sebentar. Apalagi, Kyai Dul–begitu ia akrab disapa–, sangat dekat dengan rakyat. Ia sosok yang tak berjarak. Rumahnya kerap dibanjiri orang-orang, dari berbagai kalangan, dengan beragam keperluan itu, membuatnya mudah mengidentifikasi problema masyarakat.
Rekam jejak itu membuat kita optimis, pemerintahan Haris-Sani bisa melaju lebih kencang. Bisa membuat rakyat Jambi kembali tersenyum bahagia, bukan nelangsa. Sehingga, narasi kesejahteraan dan kemakmuran, tentu bukan sekedar omong doank. Buktikan pak! Ini saatnya aksi. Bukan lagi basa basi.
Tapi, dari sederet optimisme itu, ada satu hambatan besar, yang menurut penulis, akan mengganggu gerak langkah Haris-Sani ke depan. Ambisi besarnya untuk memajukan Jambi boleh jadi akan terganjal.
Apa sebab?
Jawabnya: birokrasi yang lemah dan rapuh.
Boleh saja Haris-Sani ingin lari kencang. Bangun sana bangun sini. Rubah sana rubah situ. Tapi, mungkinkah mereka sprint sementara birokrasinya jalan di tempat. Tahukah anda bahwa birokrasi pemprov itu diisi orang-orang obesitas, yang geraknya lamban.
Mereka adalah birokrat bermutu rendah, beberapa bahkan sudah hampir kadaluarsa. Di tangan mereka, cita-cita kemajuan itu ibarat jauh panggang dari api, untuk tak mengatakan sulit diwujudkan.
Makanya, untuk memastikan gagasan kemajuan itu terlaksana, Haris-Sani sebetulnya tak perlu muluk-muluk. Benahi dulu internal birokrasinya. Karena ini adalah kunci.
Haris-Sani harus dibeckup oleh birokrasi handal dan lincah. Dalam membangun Jambi, mereka membutuhkan sosok Sekretaris Daerah yang mumpuni. Mereka memerlukan jajaran kepala dinas yang cakap, bukan birokrat yang pandai ngecap.
Bang Haris tak perlu buru-buru menghidupkan Rumah Sakit Bajubang sana. Hidupkan dulu gedung bertingkat di RSUD Raden Mattaher, yang kini sudah bertahun-tahun jadi sarang hantu. Ini hanya mungkin akan terwujud jika ia memiliki birokrat yang cakap. Bukan birokrat yang hanya pandai menjilat.
Bang Haris boleh saja bercita-cita hendak membangun ini dan itu, Universitas Maritim misalnya. Tapi, mana mungkin niat itu terwujud jika dinas pendidikannya, naudzubillah..diisi pejabat lembek, minim kapasitas. Lihat saja, ngurusi soal seleksi masuk sekolah saja tak beres-beres. Padahal itu urusan sepele.
Belum lagi soal infrastruktur, kesehatan, sosial budaya dan sebagainya. Untuk membangun Jambi, seperti yang bang Haris gariskan, perlu beckup kabinet yang kokoh dan kuat.
Beban masa lalu, seperti birokrasi tak bermutu, birokrasi lelet, yang prestasi besarnya cuma pandai membuat masalah, harus menjadi starting point dalam pembenahan.
Birokrasi yang terlanjur nyaman bekerja tanpa pengawasan, tak punya visi, segera-lah direformasi. Untuk memajukan Jambi dan merealisasikan janji kampanye, anda butuh birokrasi kuat dan hebat. Carilah Sekda, Kepala Dinas hingga jajaran pejabat struktural yang mengerti dan peduli nasib rakyat.
Anda perlu birokrasi lincah, yang bermental baja. Bukan birokrasi cengeng, yang tak berani tampil di layar TV. Anda memerlukan barisan kabinet yang mampu mengimbangi kerja Gubernur. Kabinet kokoh yang mengerti tugas dan fungsi seorang aparatur.
Sudah lazim terjadi ketika pergantian pemimpin akan selalu diiringi dengan pergantian kabinet. Itu alamiah. Semuanya bukan persoalan like and dislike. Ini semata demi kemajuan Jambi yang lebih besar.
Lima belas kursi eselon II yang kosong harus segera diisi. Tantangan berikut, Haris-Sani akan berhadap-hadapan dengan pejabat Sekda dan Kadis yang berloyalitas tempe. Ingat, mereka adalah warisan masa lalu.
Mengutip teori Patron Klien, sebagai patron Haris membutuhkan klien-klien setia. Supaya kerja-kerjanya cepat tercapai.
Tak mungkin Haris-Sani bekerja maksimal, sementara kliennya berloyalitas ganda.
Musykil Haris-Sani akan bisa berlari kencang, jika loyalitas anak buahnya tak tegak lurus. Jangan sampai Haris-Sani diibaratkan seperti panglima tanpa tentara. Ini berbahaya dan akan menganggu langkah perjuangannya dalam membangun Jambi.
Tiada cara lain kecuali Haris-Sani harus secepatnya membentuk kabinet Jambi Mantap, mulai dari Sekda yang cakap, Kadis yang kompeten dan tentunya para tentara yang berloyalitas tunggal, bukan berganda. Semuanya itu demi terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Selamat bekerja Haris-Sani!
Penulis adalah dosen Ilmu Pemerintahan dan Kebijakan Publik di UIN STS Jambi