Lestarikan Budaya, Seniman Iran dan Amerika Tampil di Sawunggalih Art Festival 2019
Lestarikan Budaya, Seniman Iran dan Amerika Tampil di Sawunggalih Art Festival 2019
Hang Tuah – Purworejo menggelar Sawunggalih Art Festival 2019. Seniman dari Iran sampai Amerika pun unjuk gigi.
Guna melestaraikan budaya, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah gelar Sawunggalih Art Festival 2019. Event yang sekaligus menjadi atraksi wisata itu tak hanya diisi seniman Purworejo dan sekitarnya saja, namun seniman dari Jerman, Iran hingga Amerika Serikat juga ikut meramaikan acara.
Sawunggalih Art Festival (Safest) 2019 digelar di Stasiun Kereta Api Purworejo lama pada Sabtu (2/11/2019) sejak sore hingga larut malam. Para seniman yang tampil tak hanya berasal dari Purworejo, Jakarta, Bandung dan kota-kota lainnya, namun juga dari luar negeri seperti Jerman, Iran hingga Amerika Serikat.
“Yang mengisi acara bukan cuma seniman dari Purworejo dan kota lain namun juga dari Jerman, Iran dan Amerika Serikat,” kata ketua panitia penyelenggara, Nungki Nur Cahyani ketika ditemui di sela-sela acara.
Nungki menambahkan, Safest 2019 sengaja digelar untuk melestarikan budaya yang ada di Indonesia sekaligus sebagai ajang silaturahmi untuk mempersatukan masyarakat tanpa sekat. Tak hanya memamerkan pertunjukan, Safest juga didahului dengan workshop untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
“Tujuannya untuk melestarikan budaya Indonesia sekaligus ajang silaturahmi seni, karena kesenian jadi sarana untuk mempersatukan berbagai kelas sehingga bisa duduk sejajar tanpa perbedaan ras, suku dan lain-lain. Tadi juga ada workshop, jadi tidak hanya pertunjukan dan menghibur tapi bisa memberikan edukasi kepada masyarakat,” lanjutnya.
Adapun gelaran seni dengan nama Sawunggalih Art Festival 2019 ini sendiri memiliki kaitan dengan sejarah yang ada di Purworejo. Menurut cerita, Sawunggalih adalah seorang tumenggung handal, cerdas dan sakti dari Keraton Mangkunegaran Surakarta pada zaman dahulu. Tumenggung yang memiliki banyak kelebihan itu berasal dari daerah Kutoarjo, Purworejo.
Selain Sawunggalih, pemilihan tempat acara di sebuah stasiun yang dibangun pada awal tahun 1800 an oleh Belanda itu juga memiliki maksud agar masyarakat juga mengingat sejarah di masa silam. Berbagai pertunjukan musik, lagu hingga tarian pun tersaji dengan apik.
Tema ‘Heaven and Earth’ yang diambil juga mencoba memberi pemahaman kepada masyarakat untuk lebih bisa mencintai tanah leluhur, lebih membumi dalam bersikap dan berfikir karena bumi leluhur adalah surga yang patut dijaga.
“Purworejo ini adalah kotanya para petinggi hebat dan para jenderal bahkan jenderal perang pada zaman dahulu. Harapannya masyarakat bisa lebih tergugah lagi mencintai aset budaya dan bangga dengan kotanya sendiri, bisa lebih mencintai tanah leluhur karena tanah kita merupakan surga,” imbuhnya.
Para seniman bertalenta pun silih berganti menyajikan penampilan terbaik mereka. Memadukan latar panggung yang sempurna dalam balutan bangunan heritage masa silam, totalitas eksplorasi seni yang disajikan mengundang riuh tepuk tangan masyarakat yang hadir.
Salah satu seniman asal Amerika Serikat, Danny Martin merasa senang bisa ikut meramaikan festival. Setelah latihan selama sekitar sebulan, Ia pun tampil apik dengan membawakan musik tradisional asal Bali yang dipadukan dengan musik kontemporer.
“Saya suka musik elektronik dan musik tradisional, makanya saya tampil dengan musik gamelan dari Bali yang saya tampilkan secara remiks, ini saya ekaplorasi,” ucap Martin.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Agung Wibowo AP mengatakan bahwa event tersebut merupakan atraksi wisata yang bisa menarik wisatawan baik nusantara maupun wisman. Wilayah Purworejo, lanjutnya, merupakan kawasan strategis karena dekat dengan Yogyakarta International Airport (YIA) dan masuk dalam kawasan Badan Otorita Borobudur (BOB) yang menjadi destinasi super prioritas.
“Festival ini juga merupakan daya tarik wisata tersendiri. Borobudur masuk dalam kawasan super prioritas yang dikelola oleh BOB termasuk Purworejo menjadi prioritas utama dalam pembangunan pariwiwata Indonesia. Jangan sampai kita sebagai tuan rumah hanya menjadi penonton tapi bisa jadi pelaku wisata agar ikut mendapatkan multiplier effect. Kami berharap masyarakat mendukung semua program pemerintah yang ada dari berbagai aspek,” ucap Agung.