Lailatul Qadar, Do’a dan Ikhtiar
Oleh :
Ustadz Dr. Ahmad Zuhdi, MA
Hang-tuah.com- Allah Swt telah menjelaskan dalam al-Quran bahwa ada satu malam yang merupakan malam kemuliaan sebagai bentuk apresiasi besar yang diberikan kepadanya, sebagaimana telah disebutkan dalam firmannya:
لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ ٣
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”(QS. Al-Qadar 97 : 3)
Lailatul Qadar menjadi impian dan harapan bagi umat Islam, dengan berbagai versi kisah dan cerita menarik dan menjadi motivasi dalam menggiatkan ibadahnya kepada Allah Swt dari pengalaman para aulia dan ulama yang mendapatkannya.
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang do’a dan harapan hamba kepada Tuhannya dikabulkan, siapapun mereka, tanpa membedakan status sosial, karena Allah Swt menyayangi hamba-hambanya sehingga permintaan tersebut tidak ada batasannya, Dan menjadi pertanyaan bagi kita adalah kapan dan malam ke berapa Lailatul Qadar itu diturunkan..? dalam hal ini para ulama berbeda pendapat tentang kepastian turunnya, Namun perbedaan tersebut sesungguhnya bukanlah penghalang bagi umat Islam untuk berikhtiar agar do’anya di dengar oleh Allah Swt dan Rasul-Nya Muhammad Saw.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”(QS. Al-Baqarah 2 : 186)
Do’a dan Ikhtiar sebagai bentuk perjuangan yang tidak pernah berhenti, karena Ibadah hamba kepada Tuhan bukan hanya di dalam bulan suci ramadhan saja, jauh sebelum ramadhan datang ibadah yang dikerjakan, amal yang dialkukan telah direkod dan dirakam oleh Allah Swt.
Karenanya ada kemustahilan meraih Lailatul Qadar ketika ketekunan ibadah hamba hanya tertuju saat bulan ramadhan, sedangkan diluar ramadhan, perilaku, keyakinan, amalan tidak dipelihara dengan baik. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad Saw, “Manshoma Ramadhan Imaanan wah tisaaban Gufirolahu ma Taqaddama min zanbih” Bagi siapa yang berpuasa di bulan ramadhan dengan benar-benar memeliharanya dengan penuh perhitungan, maka Allah ampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Hadis yang senada ini juga berkaitan dengan syiar ramadhan yaitu shalat sunnat Tarawih dan Lailatul Qadar.
Oleh sebab itu, sebagai hamba yang memiliki keimanan, do’a dan ikhtiar membuka pintu-pintu rahmat yang dijanjikan Allah Swt dan mereka akan senantiasa diberikan kelapangan serta kemudahan dalam menjalankan aktifitasnya. Tempat yang dijanjikan bagi mereka beriman tidaklah sama dengan orang-orang engkar kepadanya.
لَا يَسۡتَوِيٓ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِ وَأَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِۚ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ٢٠
“Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung”(QS.al-Hasyar 59 : 20)
Lailatul Qadar menjadi keberuntungan besar yang mendapatkannya, bila ruhaniyahnya terisi dengan ibadah dan ikatan dengan Allah Swt serta jihad di jalan Allah menyebarkan prinsip-prinsip kebenaran, kebaikan serta kemuliaan dengan tetap konsisten dengan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt dan meninggalkan apa yang dilarangnya.
“Nashrun minallahi wafathun qariib, wabassyiril mukminin”
Penulis adalah, Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Kerinci. Dan Ketua DPD Jam’iyyatul Islamiyah dan Ketua DPD Jam’iyatul al-Washliyah Kerinci.