Korban Bunuh Diri di Sungai Penuh, Sosiolog : Multivariabel
Hang-tuah.com – Warga Kota Sungai Penuh digegerkan publik. Tanpa berpikir panjang nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri. Diawal November 2021 ini sudah dua orang warga Kota Sungai Penuh mengakhiri hidup.
Desa Karya Bakti Kecamatan Pondok Tinggi Kota Sungai Penuh adalah seorang laki-laki MP berusia (22) Tahun ditemukan sudah tak bernyawa pada Senin tanggal 1 November 2021 dan Selasa kemaren tanggal 2 November 2021 perempuan bernama Yulizar alias Endang 40 tahun berkerja sebagai IRT beralamat di RT 02 Dusun Sawahan, Desa Lawang Agung Kecamatan Pondok Tinggi Kota Sungai Penuh.
Menurut penjelasan Sosiolog Dr. Erian Joni Sosiolog Universitas Negeri Padang (UNP) kepada Hang-tuah.com menjelaskan bahwa fenomena yang terjadi di Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi bersifat multivariabel.
“Bunuh diri dipicu oleh penyebab yang bersifat multivariabel. Artinya penyebab tidak tunggal. Pada sisi internal adalah karena masalah psikologis yang pelaku tak mampu lagi memecahkannya, sehingga menjadi depresi,”terang Erian Joni.
“Kekecewaan yang berat atau stress yang hebat. Secara eksternal karena faktor sosial seperti tekanan hidup dan tekanan sosial karena kesulitan hidup atau ekonomi,”tukasnya.
Dua kejadian di Kota Sungai Penuh ini kata Sosiolog, adanya tekanan secara sosio-psikologis. “Terjadinya gap antara harapan yang dicita-catan dengan hasil yang diraih, juga bisa menyebabkan seseorang jadi tertekan secara sosio-psikologis. Akibatnya panik dan ingin bebas dari tekanan atau beban yang menghimpit,”kata Erian Joni.
Gejala sosial ditengah-tengah masyarakat lanjutnya, nyaris tidak ada tempat dimana mereka berbagi cerita keluh dan kesah.
“Adanya gejala sosial masyarakat yang semakin individualis makin memperkuat aksi bunuh diri, karena tak ada lagi ruang untuk mereka manyampaikan keluh kesah dan makin menipisnya kepedulian sosial, hal ini manjadi tanda ciri dari penyakit masyarakat dalam transisi menuju modern di Sungai Penuh khususnya,”urainya.
“Sehingga membangun komunikasi dengan orang terdekat dan tidak menambah tekanan pada anggota keluarga yang sedang dalam keadaan bermasalah,”demikian kata Sosiolog UNP menutup pembicaraan. (fer)