Filsafat Ilmu
Oleh : Oldy A. Arby
Hang-tuah.com- Apa yang terfikir kalau mendengar kata filsafat? Falsafah dan filsafat itu berbeda, falsafah digunakan untuk lebih menunjukan kepada system pemikiran yang dihayati seperti ideology. Sistem gagasan mengenai kehidupan dasar yang dihayati sebagai pegangan, maka orang bisa berbicara tentang falsafah Jawa, falsafah agama atau lainnya, kadang-kadang kata lainnya adalah gambaran dunia. Gagasan-gagasan pokok mengenai hidup itu apa? manusia itu apa? dan dunia itu apa? Bisa beda-beda, ala Jawa beda, ala Barat juga beda dan seterusnya. Dan itu disebut falsafah.
Filsafat itu lain, mau disebut ilmu juga bisa, filsafat menjadi induk ilmu yang melahirkan ilmu-ilmu kecil dikemudian hari dan mengalami evolusi. Filsafat sendiri sebagai ilmu beda dengan ilmu-ilmu empiris, maka filsafat lebih tepat adalah refleksi atau perenungan-perenungan yang ilmiah. Filsafat merupakan refleksi, rasional, kritis dan radikal atas hal-hal pokok dalam hidup.
Filsafat agak berbeda dengan ilmi-ilmu lain yang kebanyakan eksperimentasi. Kalau ilmu tentu ada unsur perenungannya namun ada unsur percobaan dan lainnya yang lebih besar. Kalau dalam filsafat hanya perenungan saja. Perenungan relatif sangat bebas maka filsafat melahirkan tradisi keilmuan tersendiri, filsafat adalah wilayah yang bebas dalam berfikir dan untuk itu perenungan adalah kebebasan berfikir atau pemikiran bebas, tidak berdasarkan wahyu, tardisi atau apapun tapi semata-mata berdasarkan kebiasaan atau rasional atau didasarkan masuk akal atau tidak masuk akal.
Pada titik ini tidak mesti ada kaitanya dengan wahyu atau kitab suci, meskipun pada abad pertengahan aktivitas filsafat erat kaitannya dengan dunia teologi baik kristiani maupun dunia islam erat sekali dalam dunia agama, akan tetapi sebelum abad pertengahan dan sesudah abad pertengahan menjadi arena berfikir bebas asal masuk akal dan secara argumentatatif dapat dipertanggung-jawabkan dan mendasar.
Rasional maksudnya adalah betul-betul sesuai nalar dan kritis bagaimanpun orang sering bilang filsafat itu adalah seni bertanya. Pada titik itu filsafat mempertanyakan apapun juga tanpa tabu untuk dipertanyakan, artinya tidak takut untuk tidak dipertanyakan, apapun bisa dipertanyaka dalam filsafat.
Apa yang takut dipertanyakan oleh kebanyakan orang? Misalnya Tuhan, banyak orang enggan untuk mempertanyakan Tuhan. Dalam filsafat, hampir semua filsuf mempertanyakan itu. Dalam filsafat semua bisa dipertanyakan. Maka dari sudut itu, orang jika mau belajar filsafat resikonya akan menjadi gelisah, karena hal sederhan menjadi rumit. Contohnya, manusia itu ada, tanaman itu ada, hewan itu ada maka orang filsafat akan bertanya “ada” itu apa? Kenapa harus “ada”? Kenapa jadi “ada”? Kenapa segala hal itu nggak tidak “ada” saja? Apakah yang “ada” itu hanya hal-hal yang material? Maka umumnya belajar filsafat itu merumitkan hal-hal yang sederhana. Jadi itu adalah kosekwensi dari kekritisan. Kalau orang dalam krisis kehidupan dan pingin ketenangan sebaiknya jangan belajar filsafat.
Pada titik lain, kenapa mempersoalkan banyak hal, ikut arus aja. Ya, kita bisa bercermin kepada anak-anak kecil. Anak kecil secara natural selalu bertanya dan tidak bisa dibendung dan tidak ada jawabanya mengapa, kenapa bertanya-tanya karena kodratnya, ketika nalarnya terbuka dia mulai bertanya dan pada titik tertentu nalar tidak dapat di tutup atau di bungkam oleh dogma apapun.
Filsafat adalah perpanjangan dari naluri pertanyaan anak-anak yang mereka alami. Kenapa harus makan agar biar bisa tumbuh dan besar, kenapa harus sekolah biar bisa bekerja, kenapa harus bekerja biar bisa hidup dan kenapa harus hidup? Itulah filsafat yang mempelajari hal-hal sederhana menjadi rumit. Namun filsafat ilmu yang menjadi pencerahannya.
Penulis merupakan Mahasiswa Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Jambi (Unja)